Bali, Baliwithdriver.com – Seorang Akademisi Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja. Bernama Dr. I Putu Mardika, S.Pd., M.Si menilai bahwa desau tua di Pulau Dewata bagian utara yang bernama Desa Bali Aga menyimpan berbagai jenis tradisi yang adiluhung.
Ingin membeloi motor Yamaha: https://tnmachiweb.com/
Akademisi STAHN Mpu Kuturan Putu Mardika menyatakan penelitiannya di Desa Bali Aga ketika ditemui di Singaraja pada hari Rabu. Ia berujar bahwa banyak hal-hal yang menarik dan sangat penting dalam pewarisan budaya untuk generasi yang akan datang. Ia kembali menjelaskan bahwa keberadaan Desa Bali Aga di daerah tersebut menjadi yang terbanyak di Bali. Kendati demikian tak banyak masyarakat Buleleng yang mengetahui bagaiamana kehidupan keseharian, tradisi dan budaya masyarakat Bali Aga.
Ingin mengetahui tips bermain PUBG: https://uploadfileyou.com/
Pengalamannya mengenai pola kehidupan, seni , tradisi dan budaya akan dijelaskan. Berdasarkan hasil risetnya dan riset dari beberapa ilmuwan yang telah melakukan riset di Desa Bali Aga lainnya. Akademisi STAHN Mpu Kuturan tersebut mengatakan di kawasan Buleleng ada tujuh Desa Bali Aga. Ketujuh desa tersebut adalah Desa Sidetapa, Desa Cempaga, Desa Pendawa, Desa Banyuseri di Kecamatan Banjar, Desa Sembiran dan Desa Julah di Kecamatan Tejakula.
Ingin mengetahui mall yang populer di Indonesia: https://www.malsideas.com/
Pada dasarnya masyarakat Bali Aga memiliki sangat kental akan adat, tradisi, budaya. Serta memiliki sikap yang sangat disiplin dalam menjalankan hukum secara niskala. Ciri-ciri masyarakat Bali Aga dalam hal keagamaan adalah tidak melakukan konsultasi kepada Sulinggih. Melainkan kepada “Balian Desa” saat akan melaksanakan suatu ritual.
Ingin mencari mobil Honda: https://arisfa.com/
![Akademisi STAHN Mpu Kuturan](https://baliwithdriver.com/wp-content/uploads/2024/10/image-2-1024x683.png)
Akademisi STAHN Mpu Kuturan Putu Mardika menerangkan bahwa masyarakat Bali Aga dalam mengadakan upacara Pitra Yadnya atas kematian. Tidak mengkremasi dan membakar layon melainkan dikubur. Dalam tata adat mereka menjalankan strata sosial berdasarkan senoritas. Dimana secara mendasar tata upacara yang dilakukan masyaraka Bali Aga berbeda dengan masyarakat Hindu pada umumnya.
Ingin mengetahui game offline yang seru: https://gamingventurecapital.com/
Berpegang pada riset yang pernah dilakukan di Desa Julah, Akademisi STAHN Mpu Kuturan Putu Mardika mengaku kekagumannya. Akan keberagaman Bali Aga berasa di Buleleng yang membaur secara damai dengan mastarakat umum. Baik masyarakat lokal Buleleng maupun pelancong mancanegara. Ia kemnbali menyebutkan bahwa masyarakat Desa Julah sangat setia dan tekun dalam menjalankan dalam kehidupan sehari-harinya. Namun tidak menutup diri terhadap perkembangan era globalisasi yang serba digital. Konon masyarakat Julah hanya bekerja di dalam kawasan desa saja. Kini sudah menyebar ke luar desa, luar kabupaten dan bahkan tak sedikit dari mereka yang bekerja di luar negeri.
Ingin mengetahui sinopsis film Indonesia yang romantis: https://tmcdn.org/
Meskipun demikian, Putu Mardika berseloroh bahwa pada saatnya nanti para pekerja tersebut akan kembali lagi ke desa. Tanpa meninggalkan sedikitpun tradisi dan budaya yang dianutnya. Ia mengungkap bahwa budaya masyarakat Bali Aga di Julah sangat kental. Biasanya masyarakat bali pada umumnya menemukan canang sari yang cantik tampilannya dengan berbagai bunga yang ditata. Namun hal yang berbeda pada masyarakat Bali Aga Desa Julah. Canangsari mereka terdiri dari buah pinang, sirih dan daun intaran sebagai sarana sembahyang. Sesudah sembahyang pada umumnya masyarakat bali kebanyakan menyematkan bunga di telinganya. Sedangkan masyarakat Bali Aga Desa Julah menggunakan daun intaran.
Ingin mengetahui ide renovasi rumah: https://www.bmwsnowchat.com/
Sekian rangkuman berita terbaru dan terupdate dari wilayah Bali yang menceritakan kehidupan masyarakat Bali Aga. Nantikan berita terbaru lainnya dari Pulau Bali hanya di Baliwithdriver.com.
Artikel berita Bali lainnya